Fenil
propanoid merupakan kelompok senyawa yang mengandung rantai samping propil pada
cincin aromatis. Cincin aromatis senyawa secara dibiosintesis dari asam amino
fenilanin, Fenil propanoid sering ditemukan mengandung gugus fungsi sebagai
substituen cincin aromatisnya seperti gugus fungsi dan lain-lain. Senyawa fenil
propanoid seringkali merupakan komponen utama penyusun minyak atsiri.
1.
Asal-usul fenil propanoid
Senyawa
fenil propanoid terbentuk dari asam sikimat. Selain fenil propanoid, jalur asam
sikimat dihipotesiskan membentuk building block C7. Berbagai senyawa
golongan lignin, stilben, kumarin
memiliki kerangka C9. Sedangkan asam galat, struktur benzoik, berbagai
polifenol (bukan jalur tunggal) terbentuk dari struktur C7.Golongan ini
melewati starting material asam amino
L-tirosin dan L-fenilalalin yang merupakan asam amino esensial (manusia tidak
memiliki jalur biosintesis ini), sehingga potensi toksisitasnya kecil pada
manusia.
Keberadaannya
berlimpah pada tumbuhan namun terbatas pada jamur dan belum ditemukan pada
manusia atau vertebrata. Golongan fenil propanoid adalah senyawa yang memiliki
aktifitas farmakologi luas seperti antikanker (podofilotoksin), filantin
berefek sebagai hepatoprotektor dan stimulan kekebalan dalam tanaman meniran
(Phyllanthus niruri), antiaterosklerosis (stilebenoid, dan resveratrol),
antidiabetes (sinamaldehide, yang terkandung dalam kulit kayu manis (Cinnamomum
burmani)), dan eugenol yang merupakan bahan antiseptik gigi yang diperoleh dari
kuncup bunga cengkeh (Syzygium aromaticum). Berbagai bahan parfum atau aroma
aromaterapi juga merupakan senyawa fenilpropanoid. Hal ini dikarenakan minyak
atsiri disusun oleh golongan monoterpen, seskuiterpen, dan fenilpropanoid.
2.
Struktur molekul
Berdasarkan
strukturnya, fenilpropanoid memiliki cincin fenil yang menjadi tempat
melekatnya rantai samping 3C. Senyawa fenilpropanoid adalah senyawa memiliki
kerangka aromatik fenil (C6) dengan rantai samping propanoid (C3), sehingga
jumlah total karbonnya adalah 9 dan disebut C9 atau fenil propanoid dan
kelipatannya. Fenilpropanoid juga dapat mengandung satu atau lebih residu
C6-C3. Karakteristik lainnya adalah tidak mengandung atom nitrogen dan terdapat
satu atau beberapa gugus hidroksil yang melekat pada rantai aromatik, sehingga
memiliki sifat fenolik. Karenanya, golongan fenilpropanoid disebut pula sebagai
fenolik tumbuhan. Keberadaannya berlimpah pada tumbuhan namun terbatas pada
jamur dan belum ditemukan pada manusia atau vertebrata.
Beberapa
senyawa yang termasuk fenil propanoid, diantaranya:
Struktur beberapa jenis senyawa
fenilpropanoida tersebut diatas menunjukkan kerangka dasar fenilpropanoida
yang nyata dan kerangka karbon ini mempunyai oksidasi maksimal trihidroksida.
Kemungkinan lain dari pola oksidasi adalah 3,4-dihidroksi atau 4-hidroksi atau
tidak teroksidasi sama sekali.
3.
Skrining fitokimia/reaksi pengenalan
Senyawa
fenilpropanoid dapat diidentifikasi dengan spektrum UV karena punya serapan
maksimum pada panjang gelombang sekitar 245 nm dan sekitar 320 nm. Hal ini
disebabkan karena sebagian besar senyawa fenilpropanoid adalah senyawa-senyawa
fenol, yang sebagian besar daripadanya mempunyai gugus karbonil yang
terkonjugasi dengan ikatan rangkap (C=C atau C=O). Apabila senyawa
fenilpropanoid barada dalam bentuk basa, maka akan terlihat perpindahan serapan
maksimum di daerah UV ke panjang gelombang yang lebih besar (perpindahan
batokromik) yang dapat digunakan untuk identifikasi.
Berikut beberapa
senyawa golongan fenil propanoid dan reaksi pengenalan, diantaranya:
1.
Dafentin
Uji identifikasi :
· Larutan
air dafentin + larutan FeCl3 → hijau
· Larutan
air dafentin + Na2CO3 → merah
· Larutan
alkali dafentin + alkali karbonat/alkali → kuning
2.
Psoralen
Uji identifikasi :
· 1
mg psoralen + 5 ml EtOH +15 ml campuran dari 3 bagian propilen glikol, 5 bagian
asam asetat, dan 43 bagian air → + UV → fluoresensi biru terang.
· 1
mg psoralen + 2 ml EtOH + 2 tetes NaOH → +UV → fluoresensi kuning.
3.
Metoksalen
Uji identifikasi :
· +
sedikit H2SO4 → jingga-kuning → hijau terang.
· Uji
pelarut Wagner → endapan
· Uji
HNO3 → kuning terang
·
4.
Isolasi dan pemurnian serta penentuan
struktur
Secara
umum ekstraksi senyawa metabolit sekunder dari seluruh bagian tumbuhan seperti
bunga, buah, daun, kulit batang dan akar menggunakan sistem maserasi
menggunakan pelarut organik polar seperti metanol.Beberapa metode ekstraksi
senyawa organik bahan alam yang umum digunakan antara lain :
1.
Maserasi, Maserasi merupakan proses
perendaman sampel dengan pelarut organik yang digunakan pada temperatur
ruangan.
2.
Perkolasi, Merupakan proses melewatkan
pelarut organik pada sampel sehingga pelarut akan membawa senyawa organik
bersama-sama pelarut.
3.
Solketasi, Solketasi menggunakan soklet
dengan pemanasan dan pelarut akan dapat di hemat karena terjadinya sirkulasi
pelarut yang selalu membasahi sampel.
4.
Destilasi uap, Proses destilasi lebih
banyak digunakan untuk senyawa organik yang tahan pada suhu yang cukup tinggi,
yang lebih tinggi dari titik didih pelarut yang digunakan.
Pemurnian
senyawa dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu dengan rekristalisasi, uji
tiga eluen yang berbeda kepolarannya, serta uji titik leleh senyawa tersebut.
Pemilihan pelarut tersebut didasarkan pada prinsip rekristalisasi yaitu sampel
yang tidak larut dalam suatu pelarut pada suhu kamar tetapi dapat larut dalam
pelarut pada suhu kamar. Jadi rekristalisasi meliputi tahap awal yaitu
melarutkan senyawa yang akan dimurnikan dalam sedikit mungkin pelarut atau
campuran pelarut dalam keadaaan panas atau bahkan sampai suhu pendidihan
Sehingga diperoleh larutan jernih dan tahapan selanjutnya yaitu mendinginkan
larutan yang akan dapat menyebabkan terbentuknya kristal, lalu dipisahkan
melalui penyaringan (Agusti, 2011). Fraksi gabungan yang diperoleh kemudian di
KLT sistem tiga eluen dengan menggunakan larutan pengembang atau eluen yang
sesuai. Jika hasil KLT memperlihatkan noda tunggal, maka senyawa tersebut telah
murni.
5.
Bioaktivitas
Permasalahan:
1.
Mengapa golongan
fenilpropanoid disebut sebagai fenolik tumbuhan? sertakan dengan beberapa
alasan yang kuat.
2.
Apakah fenilpropanoid
dapat ditemukan dalam bentuk asam dan bila ada, bagaimana identifikasinya
dengan menggunakan UV dalam bentuk asam?
3. Bagaimana melakukan pemurnian senyawa fenil propanoid
dengan cara rekristalisasi?
Saya akan menjawab permasalahan pertama anda dimana Senyawa fenolik merupakan senyawa yang banyak ditemukan pada tumbuhan. Fenolik memiliki cincin aromatik satu atau lebih gugus hidroksi (OH-) dan gugus-gugus lain penyertanya. Senyawa ini diberi nama berdasarkan nama senyawa induknya, fenol. Senyawa fenol kebanyakkan memiliki gugus hidroksil lebih dari satu sehingga disebut polifenol.
BalasHapusKelompok senyawa fenol yang berasal dari jalur sikhimat yang utama adalah fenilpropanoid. Senyawa fenol ini mempunyai kerangka dasar karbon yang terdiri atas cincin benzena (C6) yang terikat pada ujung rantai karbon propana (C3). Kelompok senyawa fenol ini banyak ditemukan dalam tumbuhan tingkat tinggi. Beberapa jenis senyawa yang termasuk fenilpropanoid adalah turunan asam sinamat, turunan alifenol, turunan propenilfenol, turunan kumarin. Senyawa-senyawa turunan asam sinamat biasanya mempunyai konfigurasi trans. Pengaruh sinar UV dapat menyebabkan terjadinya isomerisasi membentuk konfigurasi cis.
Menjawab permasalahan ketiga, Pemurnian senyawa dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu dengan rekristalisasi, uji tiga eluen yang berbeda kepolarannya, serta uji titik leleh senyawa tersebut. Pemilihan pelarut tersebut didasarkan pada prinsip rekristalisasi yaitu sampel yang tidak larut dalam suatu pelarut pada suhu kamar tetapi dapat larut dalam pelarut pada suhu kamar. Jadi rekristalisasi meliputi tahap awal yaitu melarutkan senyawa yang akan dimurnikan dalam sedikit mungkin pelarut atau campuran pelarut dalam keadaaan panas atau bahkan sampai suhu pendidihan Sehingga diperoleh larutan jernih dan tahapan selanjutnya yaitu mendinginkan larutan yang akan dapat menyebabkan terbentuknya kristal, lalu dipisahkan melalui penyaringan. Fraksi gabungan yang diperoleh kemudian di KLT sistem tiga eluen dengan menggunakan larutan pengembang atau eluen yang sesuai. Jika hasil KLT memperlihatkan noda tunggal, maka senyawa tersebut telah murni.
BalasHapusBaiklah saya akan mencoba menyawab permasalahan yang ke 3
BalasHapusPemurnian dan rekristalisasi
Pemurnian dilakukan dengan menggunakan pelarut yang berbeda kelarutannya, yaitu EtOAc, aseton dan MeOH. Ketiga fraksi ini dimonitor dengan KLT menggunakan pelarut n-heksan : aseton (4 : 6). Hasil KLT dari fraksi aseton memperlihatkan noda tunggal di bawah lampu UV sebagai penampak noda. Kemudian dilakukan rekristalisasi terhadap fraksi aseton dengan menggunakan pelarut MeOH dan Aseton, sehingga didapatkan kristal kumarin yang berwarna putih. Kristal tersebut memiliki titik leleh 184 – 185°C dan Rf 0,60 dengan pelarut n-heksan : aseton (4 : 6). Kristal murni yang didapat dilakukan analisa unsur, penarikan spektrum ultraviolet, spektrum inframerah, spektrum massa, spektrum NMR baik 1H dan 13C. Karena rekristalisasi terhadap fraksi aseton menggunakan pelarut MeOH dan Aseton, sehingga didapatkan kristal kumarin yang berwarna putih.
Saya akan menjawab permasalahan anda no 1
BalasHapusFenilpropanoid merupakan suatu kelompok senyawa
fenolik alam berasal dari asam amino aromatik fenilalanin dan
tirosin. Golongan senyawa ini adalah zat antara dari jalur
biosintesis asam sikimat. Berdasarkan strukturnya, fenilpropanoid
memiliki cincin fenil yang menjadi tempat melekatnya rantai
samping 3C. Senvawa fenilpropanoid adalah senvawa memiliki
kerangka aromatik fenil (C6) dengan rantai samping propanoid
(C3), sehingga jumlah total karbonnya adalah 9 dan disebut C9
atau fenil propanoid dan kelipatannya. Fenilpropanoid juga dapat
mengandung satu atau lebih residu C6-C3. Karakteristik lainnva
adalah tidak mengandung atom nitrogen dan terdapat satu atau
beberapa gugus hidroksil yang melekat pada rantai aromatik
sehingga memiliki sifat fenolik Karenanya, golongan fenilpropanoid disebut pula sebagai fenolik tumbuhan.
Keberadaannya berlimpah pada tumbuhan namun terbatas pada
jamur dan belum ditemukan pada manusia atau vertebrata.
Saya akan menambahkan jawaban nomor 3, Metode Isolasi Fenilpropanoid 1. Persiapan Bahan dan Ekstraksi Sampel bahan terlebih dahulu kemudian dikeringkan bukan dibawah sinar matahari namun dengan cara diangin-anginkan. Pengeringan dengan cara diangin-anginkan mempunyai suhu yang lebih rendah dibandingkan pengeringan di bawah sinar matahari. Luximon-Ramma (2002), menyatakan bahwa perbedaan kandungan fenol antara ekstrak yang berasal dari sampel segar dan kering disebabkan akibat proses pengeringan. Senyawa fenol memiliki sifat mudah teroksidasi dan sensitif terhadap perlakuan panas, sehingga dengan adanya proses pengeringan dengan sinar matahari dapat menurunkan kandungan senyawa fenol. Suhu optimum pengeringan untuk mendapat kadar total fenol maksimum adalah 600C. Pengeringan lebih tinggi dari 600C setelah 4 menit maka fenol akan rusak dan kadarnya cenderung menurun (Sari, 2012). Peningkatan konsentrasi flavonoid seiring dengan penurunan suhu dan intensitas radiasi (Schmidt, 2009). Hal inilah yang menyebabkan kandungan total fenol pada pengeringan dibawah sinar matahari paling sedikit dibandingkan dengan pengeringan mengunakan oven dan kering angin. Chu (1997) menyatakan bahwa kadar total fenol meningkat dengan menurunnya suhu pengeringan karena fenol tersebut tidak mengalami penguapan yang disebabkan oleh pemanasan. Bahan yang telah kering kemudian dihaluskan menggunakan blender. Serbuk sampel kemudian dimaserasi dengan metanol. Maserasi merupakan salah satu jenis ekstraksi padat-cair. Penggunaan metode maserasi dikarenakan senyawa fenilpropanoid yang merupakan senyawa fenol sehingga jika menggunakan metode soxhletasi senyawa fenol tersebut akan teroksidasi dan dapat menurunkan kandungan senyawa fenol yang akan diisolasi. Adapun penggunaan metanol sebagai pelarut dikarenakan senyawa fenol bersifat polar sehingga digunakan pelarut yang bersifat polar pula. Ekstrak yang diperoleh dipekatkan menggunakan evaporator sampai kira-kira tinggal seperempat dari volume awal (ekstrak kental). Selanjutnya dilakukan uji pendahuluan terhadap ekstrak kental metanol yang diperoleh dengan berbagai pereaksi diantaranya pereaksi Liebermann-Burchard (terpenoid dan steroid), FeCl3 1% (uji fenol), Dragendroff (alkaloid), dan Wagner (alkaloid). Ekstrak kental yang diperoleh dipartisi (ekstraksi cair-cair) dengan satu atau lebih jenis pelarut menggunakan corong pisah, selanjutnya ekstrak-ekstrak hasil partisi dipisahkan dari residunya dengan menggunakan evaporator. Selanjutnya dilakukan uji pendahuluan terhadap ekstrak n-heksan yang diperoleh dengan berbagai pereaksi diantaranya pereaksi Liebermann-Burchard, FeCl3 1%, Dragendroff, dan Wagner. 2. Pemurnian Isolat padat yang diperoleh direkristalisasi secara berulang. Kemurnian senyawa yang diperoleh ditentukan dengan melakukan KLT sistem tiga eluen dengan menggunakan larutan pengembang atau eluen yang sesuai, Jika hasil KLT memperlihatkan noda tunggal, maka senyawa tersebut telah murni.
BalasHapus