Steroid
adalah kelompok senyawa bahan alam yang kebanyakan strukturnya terdiri atas 17
atom karbon dengan membentuk struktur dasar 1,2-siklopentenoperhidrofenantren.
Steroid memiliki kerangka dasar triterpena asiklik. Ciri umum steroid ialah
sistem empat cincin yang tergabung. Cincin A, B, dan C beranggotakan enam atom
karbon dan cincin D beranggotakan lima atom karbon.
a.
Asal
usul steroid
Senyawa
golongan steroid memiliki bioaktivitas yang penting, misalnya dalam pembentukan
struktur membran, pembentukan hormon dan vitamin D, sebagai penolak dan penarik
serangga dan sebagai anti mikroba.
Steroid
yang terdapat dalam jaringan hewan berasal dari triterpenoid lanosterol sedangkan
yang terdapat dalam jaringan tumbuhan berasal dari triterpenoid sikloartenol
setelah triterpenoid ini mengalami serentetan perubahan tertentu. tahap-tahap
awal dari biosintesa steroid adalah sama bagi semua steroid alam yaitu pengubahan
asam asetat melalui asam mevalonat dan skualen (suatu triterpenoid) menjadi
lanosterol dan sikloartenol. Kolesterol terbentuk dari lanosterol setelah
terjadi penyingkiran tiga gugus metil dari molekul lanosterol yakni dua dari
atom karbon C-4 dan satu dari C-14. Penyingkiran ketiga gugus metil ini
berlangsung secara bertahap, mulai dari gugus metil pada C-14 dan selanjutnya
dari C-4. Kedua gugus metil pada kedua C-4 disingkirkan sebagai karbon
dioksida, setelah keduanya mengalami oksidasi menjadi gugus karboksilat.
sedangkan gugus metil pada C-14 disingkirkan sebagai asam format setelah gugus
metil itu mengalami oksidasi menjadi gugus aldehid.
Percobaan
dengan jaringan hati hewan, menggunakan 2,3 epoksiskualen yang diberi tanda
dengan isotop 180 menunjukkan bahwa isotop 180 itu digunakan untuk pembuatan
lanosterol menghasilkan (180)- lanosterol radioaktif. Hasil percobaan ini
membuktikan bahwa 2,3- epoksiskualen terlibat sebagai senyawa antara dalam
biosintesa steroida. Molekul kolestrol terdiri atas tiga lingkar enam yang
tersusun seperti fenantren dan terlebur dalam suatu lingkar lima. Hidrokarbon
tetrasiklik jenuh yang mempunyai sistem lingkar demikian dan terdiri dari 17
atom karbon sering ditemukan pada banyak senyawa yang tergolong senyawa bahan
alam yang disebut stroida.
b.
Struktur
molekul
Steroid
mempunyai struktur dasar yang terdiri dari 17 atom karbon yang membentuk tiga
cincin sikloheksana dan satu cincin siklopentana. Perbedaan jenis steroid yang satu dengan steroid yang
lain terletak pada gugus fungsional yang diikat oleh ke-empat cincin ini dan
tahap oksidasi tiap-tiap cincin.
c.
Skrining
fitokimia/reaksi pengenalan
1. Ekstraksi
Steroid merupakan
golongan senyawa yang sebagian besar bersifat nonpolar maka ektsraksinya biasanya
juga menggunakan pelarut nonpolar misalnya n-heksana atau petrelium eter. Dapat
juga di gunakan pelarut etanol atau methanol terlebih dahulu sebagai pelrut
universal kemudian setelah diperoleh ekstraksi partisis menggunakan pelarut
nonpolar. Jika yang akan di isolasi adalah senyawa steroid yang dterikat dengan
gugus gula, maka ekstraksi dilakukan dengan menggunakan pelarut semipolar atau
bahkan pelarut polar tergantung pada gugus gula yang terikat. Ekstraksi juga
dapat di lakukan baik dengan pemansan (soxhletasi) maupun tanpa pemanasan
(maserasi) pada suhu kamar.
2. Pemisahan
Cara KLT steroid
menyerupai KLT triterpenoid. Kadang-kadang di jumpai campuran rumit beberapa
steroid dalam jaringan tumbuhan tertentu dan diperlukan cara yang lebih rumit
untuk memisahkannya. Misalnya Steroid, kolesterol, dan stigmasterol tidak mudah
di pisahkan bila berada bersama-sama dalam sampel, tetapi ketiganya akan
terpisah dengan mudah jika di ubah
menjadi bentuk asetatnya. Cara lain adalah melakukan pemisahan menggunakan HPLC
preparative. Untuk memisahkan sterol umum dari turunan dihidronya (misalnya
sitosterol dan sitostanol) di perlukan KLT AgNO3. Eluen yang di
pakai adalah kloroform dengan penampak noda H2SO4 . H2O
(1:1).
Beberapa steroid dapat
di pisahkan menggunakan menggunakan kromatografi kolom atau KLTP dengan
adsorben alumina dan eluen berupa campuran sikloheksana-etilasetat dan campuran
metilen diklorida-aseton.
Jika dalam sampel
dipastikan terdapat saponin, maka sebelum dilakukan pemisahan, ektrak yang
diperoleh direaksikan terlebih dahulu dengan HCL 1 M untuk menghidrolisis
saponin tersebut hingga diperoleh aglikon sapogenin. Pemisahan campuran sapogenin
dilakukan denag KLTP dengan menggunakan eluen campuran aseton-n-heksana atau
campuran kloroform-CCl4-aseton. Sapogenin akan muncul sebagai noda
yang berwarna kemerahan setelah pelat disemprot dengan antimony klorida dalam
HCl pekat dan dipanaskan pada 110o celcius selama 10 menit.
Jika pemishan dilakukan
terhadap saponin, maka adsorben yang dipakai adalah selulosa. KLT dengan silica
gel berhasil juga tapi dengan memakai eluen seperti n-butanol yang di jenuhkan
dengan air atau campuran kloroform-metanol-air.
Beberapa glikosida
jantung dapat dipisahkan dengan KLTP suatu arah pada silica gel dengan
menggunakan eluen berupa lapian atas dari campuran etil asetat-piridin-air (1
arah) dan campuran kloroform-piridin (satu arah yang lain). Beberapa campuran
senyawa yang lain dapat dipisahkan menggunakan elusi berulang pada pelat silica
gel dengan eluen campuran etil asetat-metanol (elusi dua kali) atau dengan
eluen campuran kloroform-metanol-formamida (elusi empat kali).
3. Rekristalisasi
Ekstrak pekat yang di
peroleh di larutkan dalam 100 ml petroleum eter. Kemudian campuran diuapkan
sampai dicapai titik jenuhnya dan di biarkan selama hingga terbentuk Kristal
tak berwarna yang mengendap dengan titik leleh 138-144° C.
d.
Isolasi
dan pemurnian serta penentuan struktur
Untuk
isolasi senyawa steroid dapat dicontohkan dengan senyawa steroid dari teripang.
Dimana isolasi senyawa steroid dari teripang terdiri dari dua tahap yakni
mengekstraksi bagian lemak pada teripang, kemudian dilanjutkan dengan
mengekstraksi senyawa steroidnya. Berikut merupakan salah satu penelitian yang
dilakukan Sarifah Nurjanah, dkk (2009) untuk mengidentifikasi steroid teripang
pasir (Holothuria scabra) yang ada di Indonesia.
Ekstraksi
steroid teripang dilakukan dengan dua tahap, yaitu ekstraksi lemak kemudian
dilanjutkan dengan ekstraksi steroid. Ekstraksi lemak dilakukan dengan pelarut
aseton dengan cara maserasi, selanjutnya dilakukan proses penyabunan dengan
menggunakan larutan KOH 1 M dan dilakukan refluks pada suhu 70⁰C selama 1 jam. Steroid
diekstrak dengan menggunakan pelarut dietil eter.
Identifikasi
keberadaan senyawa steroid pada teripang dilakukan dengan reaksi warna
menggunakan pereaksi liebermann burchard yang terdiri dari kloroform, asam
asetat anhidrid dan asam sulfat pekat.
Karakterisasi
senyawa steroid teripang dilakukan dengan melihat bobot molekul dan struktur
molekul menggunakan liquid chromatography-mass spectroscopy (LC-MS), nuclear
magnetic resonance (NMR) dan fourier transform-infra red (FT-IR). LC-MS yang
digunakan adalah Mariner Biospectrometry/ Perkin Elmer Series 200 dengan sistem
ESI (Electrospray Ionisation), pelarut metanol dan air dengan perbandingan 8:2
(metanol:air) dengan menggunakan kolom C18 (RP 18) Vydac. FT-IR yang digunakan
adalah IR Prestige-21 FT-IR Shimadzu dengan metode diffuse reflectance (DRS).
Pengukuran spektra 1H NMR dan 13C NMR menggunakan NMR JNM-ECA 500 dengan
pelarut CDCl3 (kloroform-D) dan TMS (tetramethylsylane) sebagai standar
internal. Penentuan senyawa dan struktur
molekul dilakukan dengan bantuan software DNP Chapman and Hall dan
ChemOffice 2006.
Dari
hasil isolasi tersebut, diperoleh 4 senyawa bioaktif yang merupakan steroid
dominan yang ditemukan dalam jenis Holothuria scabra atau teripang pasir. Senyawa
steroid tersebut yaitu :
1. 24-ethylidenecholest-25-en-ol.
Mempunyai
rumus molekul C29H48O. Senyawa ini juga ditemukan pada Bathyplotes natans
(teripang) dan juga terisolasi dari koral Sinularia gyrosa
2. Lanost-9(11)-en-3-ol.
Mempunyai
rumus molekul C30H52O. dikenal juga dengan sebutan Dihydroparkeol yang
mempunyai efek mencegah reaksi inflamasi, infeksi bakteri, arterosklerosis, dan
juga kanker.
3. Cholestane-3,4,6,15,24-pentol
atau 28-O-(4-O-Methyl-D-xylopyranoside)
Atau
certonardoside H2 ini mempunyai rumus molekul C34H60O9. Senyawa ini merupakan
suatu senyawa saponin, yaitu steroid yang berikatan dengan monosakarida atau
disakarida. Pada senyawa ini monosakarida yang terikat adalah xylosa, senyawa
ini mempunyai aktivitas sitotoksik. Senyawa certonardoside H2 ini juga
ditemukan pada bintang laut Certonardoa semiregularis.
4.
24-O-[2,4-Di-O-methyl-D-xylopyranosyl-(12)-d-xylofurinoside]
Atau
disebut juga certonardoside H1 atau culcitoside ini, mempunyai rumus molekul
C39H68O13. Merupakan suatu senyawa saponin, di mana pada senyawa tersebut
terikat disakarida yang terdiri dari xylosa dalam bentuk furanosa dan piranosa.
Culcitoside juga ditemukan pada bintang laut jenis Certonardoa semiregularis.
Senyawa ini mempunyai aktivitas sitotoksik.
Dari
keempat senyawa tersebut, seluruhnya merupakan steroid teripang yang terdiri
atas saponin, sterol bebas, dan sterol yang berikatan dengan triterpen
glikosida pada posisi atom C nomor 20. Glikosida triterpen merupakan
karakteristik dari senyawa bioaktif yang dihasilkan oleh teripang. Mayoritas
glikosida triterpennya merupakan type holosstane (derivat dari lanostane dengan
18(20)-lactone). Gugus gula yang terikat pada steroid teripang dapat berupa
xylose, glucose, quinovose, 3-O-methylglucose, atau 3-O-methyl-xylose.
Saponin
pada beberapa biota laut dilaporkan sebagai komponen antifungal dan mempunyai
aktivitas mikrobial, anti tumor dan mempunyai aktivitas anti inflamasi.
Pada
beberapa senyawa steroid teripang di atas juga dapat dijumpai pada spesies
lain. Hal ini mungkin disebabkan adanya proses simbiosis yang terjadi pada
organisme laut, yang hingga saat ini masih sukar dirunut untuk mengetahui
organisme penghasil yang sesungguhnya. Meski senyawa tersebut dapat dijumpai
pula dibeberapa spesies lain, tetapi kadar yang diperoleh akan mengalami
perbedaan. Adanya perbedaan tersebut dapat disebabkan oleh adanya perbedaan
tempat habitat yang akan menyebabkan perbedaan kandungan steroid. Ketersediaan
makanan pada suatu tempat yang berbeda, perbedaan iklim dan lingkungan
mempengaruhi metabolisme dalam tubuh teripang, sehingga akan mempengaruhi jenis
produksi steroidnya.
e.
Bioaktivitas
Tumbuhan
Algae marmelos (L.) Correa merupakan salah satu jenis tumbuhan obat yang
terdapat di hutan hujan tropis Indonesia. Tumbuhan ini memiliki beberapa nama
daerah seperti maja, gelepung, maja gedang, maja lumut, maja pahit, maja paek,
dan maos. Berbagai hasil penelitian mengenai kandungan kimia pada tumbuhan ini
telah dilaporkan. Konstituen utama dari ekstrak daun diidentifikasi sebagai
tannin, skimmianin, essensial oil, sterol, triterpenoid, dan flavonoid. Hasil
uji fitokimia yang telah dilakukan menunjukkan bahwa dalam kulit batang Algae
marmelos mengandung senyawa golongan steroid.
Bahan
yang digunakan yaitu: pelarut organik (n-heksana, metanol, kloroform), silika
gel GF 254 (untuk KLT), silika gel 60 (35-70 mesh) (untuk Kromatografi kolom),
perealsi Liebermann-Burchard (untuk uji steroid). Alat yang digunakan yaitu:
seperangkat alat destilasi sederhana, neraca elektronik balance Chyo model
MP-300, pengisat gasing hampa R 114 Buchi dilengkapi dengan sistem vacum Buchi
B 169, sumber UV Iric Seisakusho tipe L5-D1, oven mermer model 600,
spektrofotometer inframerah, dan spektrofotometer NMR-1H.
Serbuk
kering kulit batang Algae marmelos diekstraksi dengan cara maserasi menggunakan
pelarut metanol. Ekstrak metanol dipekatkan kemudian difraksinasi menggunakan n-heksana
lalu diuji steroid. Uji fitokimia dengan menggunakan pereaksi
Liebermann-Burchard memberikan warna hijau, menunjukkan bahwa isolat tersebut
positif steroid.
Ekstrak
n-heksana merupakan fraksi yang positif steroid kemudian dipisahkan dengan cara
kromatografi kolom menggunakan fase diam silika gel dan dielusi (proses
mengekstrasi zat yang umumnya padat dari campuran zat dengan menggunakan zat
cair) secara isokratik (komposisi fase gerak tetap) menggunakan eluen (pelarut)
n-heksana-kloroform (70:30).
Semua
fraksi dianalisis menggunakan KLT. Fraksi yang sama digabung berdasarkan pola
noda yang sama dan diuji steroid. Fraksi yang positif steroid (vial 15-22)
menghasilkan kristal. Rekristalisasi dengan menggunakan metanol sampai
diperoleh steroid yang murni. Uji kemurnian dilakukan dengan menggunakan KLT.
Penentuan struktur molekul isolat murni dilakuakn dengan menggunakan
spektofotometer inframerah dan spektrifotometer NMR-1H
Dari
keseluruhan data spektrum yang diperoleh, senyawa hasil isolasi adalah senyawa
steroid golongan sterol, yaitu stigmasterol. Hal ini berdasarkan spektrum NMR-1H
yang mirip dengan spektrum database stigmasterol. Struktur stigmasterol adalah
sebagai berikut:
PERMASALAHAN
1. Darimana
sajakah sumber steroid yang bisa kita temukan dan bagaimanakah kita dapat
mengidentifikasinya bahwa sumber tersebut sungguh mengandung senyawa terpenoid?
2. Salah
satu tumbuhan yang ditemukan mengandung senyawa steroid adalah tumbuhan pepaya
(Carica papaya L.), yang mengandung senyawa steroid golongan sterol
(campesterol). Bagaimana cara melakukan identifikasi keberadaan senyawa steroid
pada tumbuhan pepaya? Uji apa saja yang dapat dilakukan dalam kasus ini?
3. Senyawa steroid dekat dalam kehidupan kita sehari-hari, bisa dalam bentuk apa saja? Bila dalam bentuk makanan, apakah baik untuk dikonsumsi? Apakah efek yang ditimbulkan bila mengkonsumsi atau memakai produk mengandung senyawa steroid?
3. Senyawa steroid dekat dalam kehidupan kita sehari-hari, bisa dalam bentuk apa saja? Bila dalam bentuk makanan, apakah baik untuk dikonsumsi? Apakah efek yang ditimbulkan bila mengkonsumsi atau memakai produk mengandung senyawa steroid?
Baiklah saya akan mencoba menjawab permasalahan no3, Berikut adalah efek samping steroid yang umum terjadi.
BalasHapus1. Pertumbuhan payudara pada laki-laki. Gejala feminisasai ini terjadi karena berlebihnya kadar estrogen yang bisa menimbulkan timbunan lemak pada bagian payudara lelaki. Gejala ini sebenarnya bisa dicegah dengan bantuan obat anti-estrogen. Pencegahan hanya bisa dilakukan selama payudara belum terbentuk atau masih berupa gejala pembentukan. Jika payudara terlanjur terbentuk dan bentuknya sangat mengganggu penampilan, maka penyembuhan hanya bisa dilakukan dengan jalan operasi.
2. Munculnya jerawat. Kemunculan jerawat sangat tergantung pada jenis steroid yang dipakai dan kondisi kulit si pemakai. Meningkatnya aktifitas hormon dalam tubuh berakibat pada meningkatnya produksi minyak pada permukaan kulit. Jerawat bisa dicegah dengan menjaga kebersihan kulit. Jika sudah terlajur muncul, sebaiknya batasi penggunaan steroid dan gunakan salep anti-androgen.
3. Perubahan Psikologis. Penggunaan steroid bisa memengaruhi faktor psikologis pemakainya. Namun hal ini terjadi hanya pada sebagian kecil pengguna saja. Steroid dapat meningkatkan agresifitas pemakainya, kondisi emosional jadi mudah berubah, dan insomnia.
4. Steroid dapat menyebabkan kerusakan hati. Ini terutama terjadi pada jenis steroid yang dikonsumsi dengan cara oral atau diminum. Seperti yang telah kita ketahui, bahwa setiap zat yang masuk melalui mulut akan melewati organ hati untuk dilakukan penyaringan. Begitu pula dengan steroid oral. Dengan bantuan enzim, hati akan menyaring steroid yang masuk.
Masuknya steroid ke dalam hati, akan membuat hati otomatis meningkatkan jumlah enzimnya sesuai dengan jumlah steroid yang masuk. Di sinilah pentingnya pemakaian steroid dengan dosis yang tepat. Dosis yang kurang akan berakibat pada kurang optimalnya manfaat yang dihasilkan. Sebaliknya, pemakaian melebihi dosis akan membuat organ hati bekerja lebih ekstra.
Jika dibiarkan, akan berakibat pada kerusakan organ hati. Kita semua tentunya tidak mau hal ini terjadi. Untuk apa memiliki tubuh kekar berotot kuat dan indah, namun di dalam tubuh kita menderita kesakitan luar biasa. Menurunnya fungsi organ hati akan menyebabkan gangguan kesehatan lainnya. Jika penyakit ini dibiarkan, maka usia tubuh indah kita tidak akan lama. Bahkan tidak hanya tubuh, nyawa juga bisa terancam.
Peningkatan enzim hati ini terjadi selama Anda mengonsumsi steroid. Produksi enzim hati akan menurun kembali ke level normal jika Anda berhenti mengonsumsi steroid.
saya ingin mencoba menanggapi permasalah saudari yang ketiga
BalasHapusPada dasarnya steroid merupakan hasil sintesis tubuh dari kolesterol, dimana produk akhir dari metabolisme steroid di tubuh berupa hormon pertumbuhan, hormon seks seperti testosteron, progesteron, estrogen, dan hormon stress seperti kortisol dan epinefrin. Steroid juga terdapat pada tumbuhan dan hewan dan berguna dalam pertumbuhan.
Jumlah steroid yang terkandung di dalam makanan sama seperti di dalam tubuh yaitu sangat kecil. Makanan seperti keju, susu, dan mentega mengandung hormon progesteron, telur, daging merah dan ikan mengandung hormon estrogen dan testosteron, namun jenis makanan tersebut juga mengandung steroid dalam jumlah kecil. Konsumsi terus menerus dan dalam jumlah besar cenderung dapat meningkatkan resiko ketidakseimbangan hormonal dan kolesterol yang akan mengganggu fungsi organ. Namun takaran pasti asupan serta jenis makanan tidak bisa dijadikan patokan munculnya gangguan pada tubuh.
Steroid dapat menyebabkan kerusakan hati. Ini terutama terjadi pada jenis steroid yang dikonsumsi dengan cara oral atau diminum. Seperti yang telah kita ketahui, bahwa setiap zat yang masuk melalui mulut akan melewati organ hati untuk dilakukan penyaringan. Begitu pula dengan steroid oral. Dengan bantuan enzim, hati akan menyaring steroid yang masuk. Masuknya steroid ke dalam hati, akan membuat hati otomatis meningkatkan jumlah enzimnya sesuai dengan jumlah steroid yang masuk. Di sinilah pentingnya pemakaian steroid dengan dosis yang tepat. Dosis yang kurang akan berakibat pada kurang optimalnya manfaat yang dihasilkan. Sebaliknya, pemakaian melebihi dosis akan membuat organ hati bekerja lebih ekstra. Jika dibiarkan, akan berakibat pada kerusakan organ hati. Kita semua tentunya tidak mau hal ini terjadi. Untuk apa memiliki tubuh kekar berotot kuat dan indah, namun di dalam tubuh kita menderita kesakitan luar biasa. Menurunnya fungsi organ hati akan menyebabkan gangguan kesehatan lainnya. Jika penyakit ini dibiarkan, maka usia tubuh indah kita tidak akan lama. Bahkan tidak hanya tubuh, nyawa juga bisa terancam.
Baiklah saya akan menjawab permasalahan anda no 2 yaitu
BalasHapusMenggunakan uji fitokimia
Hasil uji fitokimia terhadap ekstrak kental metanol biji pepaya diketahui mengandung senyawa metabolit sekunder golongan
triterpenoid, flavonoid, alkaloid, dan saponin.Secara kualitatif, diketahui bahwa kandungan
senyawa metabolit sekunder golongan triterpenoid merupakan komponen utama biji pepaya.Ujī fitokimia triterpenoid lebih lanjut terhadap ekstrak kental 1-heksana menggunakan
pereaksi Liebermann-Burchard juga menunjukkan adanya senyawa golongan triterpenoid.Hal ini memberi indikasi bahwa pada biji pepaya terkandung senyawa golongan triterpenoid bebas.Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa isolat dari biji pepaya
merupakan senyawa golongan triterpenoid aldehid.Isolat triterpenoid mempunyai potensi
sebagai antibakteri pada konsentrasi 1000 ppm.
Baiklah saya akan mencoba menjawab permasalahan no 1.
BalasHapusBerdasarkan definisi awal dari senyawa organic, maka sumber utama steroid di alam dapat diketahui. steroid terdapat pada sel – sel makhluk hidup. Ratusan jenis steroid diproduksi oleh berbagai jenis hewan, tumbuhan dan jamur/fungi.
Perkembangan teknologi saat ini membuat berbagai jenis steroid dapat diekstrakkan. Kebanyakan dari senyawa ini didedikasikan pada dunia kesehatan.sebut saja cholesterol, hormon seks estradiol dan testosterone, dan obat anti-radang dexamethasone
Identifikasi keberadaan senyawa steroid hanya bisa dilakukan melalui uji laboratorium salah satunya bisa dilakukan dengan reaksi warna menggunakan pereaksi liebermann burchard yang terdiri dari kloroform, asam asetat anhidrid dan asam sulfat pekat.
Menjawab permasalahan pertama, saya ambil contoh dari daun rimbang. Adanya steroid dalam daun rimbang dapat diketahui dengan cara sebagai
BalasHapusberikut: 10 gram sampel dari daun rimbang dihaluskan selanjutnya dimaserasi dengan metanol kemudian disaring, filtratnya diuji dengan pereaksi Lieberman Burchard diatas plat tetes. Kedalam plat tetes dimasukkan ekstrak metanol kemudian 5 tetes asam asetat anhidrida lalu diaduk, setelah kering ditambahkan 1 tetes asam sulfat pekat, jika terbentuk warna hijau-biru berarti sampel positif mengandung steroid.
Say ingin menjawab permasalahan sudari yang no 1 dimana kita bisa mengetahui jika kita melakukan isolasi terhadap sutu bahan contohnya tumbuhan, dimana Dalam isolasi steroid disini saya mencontohkan dalam sebuah penelitian dari jurnal yaitu Isolasi dan Pemurnian serta Penentuan Struktur Isolasi dan Pemurnian serta Penentuan Struktur Alat
BalasHapusAlat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah labu semprot, wadah maserasi, rangkaian alat destilasi, pinset, botol fial, gelas kimia, gelas ukur, tabung reaksi, batang pengaduk, pipet tetes, labu erlenmeyer, statif, klem, rotary evaporator, alat penentu titik leleh elektroterma, penangas air, oven, neraca analitik, kromatografi kolom flash, kromatografi kolom cair vakum, chamber, lampu UV 254-366 nm dan spektrofotometer IR.
Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: umbi lobak (Raphanus sativus Lamk), n-heksana, etilasetat, kloroform, metanol, pereaksi Lieberman-Burchard, pereaksi Dragendorff, asam sulfat pekat, NaOH 10%, pereaksi Mayer, pereaksi FeCl3, plat KLT G 60 F254, silika gel 7730, silika gel 7733, silika gel 7734, aquadest dan tissue.
Prosedur KerjaEkstraksi
Serbuk kering umbi lobak (Raphanus sativus Lamk). Sebanyak 1 kg dimaserasi dengan pelarut n-heksan sampai seluruh sampel terendam. Setiap 24 jam pelarutnya diganti selama tiga kali (Kholifah, 2009). Ekstrak n-heksana disaring dan dievaporasi sehingga diperoleh ekstrak kental n-heksana.
Fraksinasi
Ekstrak kental yang diperoleh di KLT kemudian diteruskan dengan kromatografi kolom cair vakum (KKCV). Fraksi yang diperoleh pada proses (KKCV) di KLT, sehingga Rf yang sama digabung. Fraksi yang sudah digabung dilanjutkan pada kromatografi flash, sehingga diperoleh fraksi yang lebih sederhana (Mahmia, 2006).
Pemurnian
Pemurnian dilakukan dengan cara kristalisasi dan rekristalisasi dengan pelarut yang cocok, hingga diperoleh kristal murni yang ditandai dengan hasil KLT yang menunjukkan satu noda dan pengujian titik leleh.
Identifikasi
Identifikasi senyawa dilakukan dengan menggunakan beberapa pereaksi yaitu, Identifikasi Flavonoid (uji dengan NaOH 10%, uji dengan H2SO4 (pekat), dan uji dengan FeCl3), identifikasi alkaloid (uji dengan pereaksi Dragendorf dan uji dengan pereaksi Mayer)dan identifikasi steroid (uji dengan pereaksi Lieberman-Bourchard).
Analisis IR
Penentuan struktur dilakukan antara lain Inframerah (IR) untuk mengetahui gugus fungsi yang terdapat dalam senyawa organik (Silverstein, 1991).
saya ingin menjawan pertanyaan nomor 1, uji spesifik steroid menggunakan pereaksi Lieberman Burchard dan memberikan uji positif yang ditandai dengan terbentuknya warna biru. Terhadap ekstrak pekat ini dilakukan kromotografi lapis tipis untuk mendapatkan kondisi pemisahan steroid dari komponen kimia lainnya.
BalasHapusUji kromotografi lapis tipis dengan berbagai eluen menunjukan bahwa pemisahan komponen kimia yang terkandung dalam ekstrak n-heksana relative baik dengan eluen n-heksana –etil asesat (8:2).