Alkaloid
merupakan kelompok senyawa metabolit sekunder yang mempunyai sifat alkali. Sifat
inilah yang membuat penamaan golongan
senyawa-senyawa ini sebagai alkaloid. Sifat alkaloid ini dimungkinkan
karena secara kimia alkaloid adalah senyawa organik yang mengandung nitrogen
baik satu atau lebih dalam bentuk anima primer sekunder maupun tersier. Definisi
umum yang digunakan untuk alkaloid dalam kimia hasil alam atau hasil alam
adalah senyawa organik siklik yang mengandung N dengan tingkat oksidasi negatif
yang terdapat secara terbatas dalam makhluk hidup.
1. Asal
usul Alkaloid
Alkaloid
telah dikenal selama bertahun-tahun dan telah menarik perhatian terutama karena
pengaruh fisiologinya terhadap mamalia dan pemakaiannya di bidang farmasi. Sejarah
alkaloid hampir setua peradaban manusia. Manusia telah menggunakan obat-obatan
yang mengandung alkaloid dalam minuman, kedokteran, tuan atau tapal, dan racun
selama 4000 tahun.
Dari
segi biogenetik, alkaloid diketahui berasal dari sejumlah kecil asam amino
yaitu ornitin dan lisin yang menurunkan alkaloid alisiklik, fenilalanin dan
tirosin yang menurunkan alkaloid jenis isokuinolin, dan triftopan yang
menurunkan alkaloid indol. Reaksi utama yang mendasari biosintesis senyawa
alkaloid adalah reaksi mannich antara suatu aldehida dan suatu amina primer dan
sekunder, dan suatu senyawa enol atau fenol. Biosintesis alkaloid juga
melibatkan reaksi rangkap oksidatif fenol dan metilasi. Jalur poliketida dan
jalur mevalonat juga ditemukan dalam biosintesis alkaloid.
2. Struktur
Alkaloid
Struktur
alkaloid sangat beragam dan satu-satunya kesamaan antara senyawa alkaloid
adalah kesamaan dalam hal sifat alkalinya.
Alkaloida
mempunyai struktur heterosiklik yang mengandung atom N didalam intinya dan bersifat
basa, karena itu dapat larut dalam asam-asam serta membentuk garamnya. Umumnya mempunyai aktifitas fisiologis baik terhadap
manusia ataupun hewan. Alkaloid adalah
Kelompok senyawa yang mengandung nitrogen dalam bentuk gugus fungsi amin.
Pada
umumnya, alkaloid mencakup senyawa bersifat basah yang mengandung 1/ lebih atom
nitrogen, biasanya dalam gabungan sebagai bagian dari sistem siklik. Alkaloid
biasanya beracun, jadi banyak digunakan dalam bidang pengobatan. Alkaloid sering
kali bersifat optis aktif, kebanyakan berbentuk kristal tapi hanya sedikit yang
berupa cairan pada suhu kamar.
3. Skrining
fitokimia/reaksi pengenalan
Uji
Alkaloid dilakukan dengan metode Mayer,Wagner dan Dragendorff. Sampel sebanyak
3 mL diletakkan dalam cawan porselin kemudian ditambahkan 5 mL HCl 2 M, diaduk
dan kemudian didinginkan pada temperatur ruangan. Setelah sampel dingin
ditambahkan 0,5 g NaCl lalu diaduk dan disaring. Filtrat yang diperoleh ditambahkan
HCl 2 M sebanyak 3 tetes, kemudian dipisahkan menjadi 4 bagian A, B, C, D.
Filtrat A sebagai blangko, filtrate B ditambah pereaksi Mayer, filtrat C
ditambah pereaksi Wagner, sedangkan filtrat D digunakan untuk uji penegasan.
Apabila terbentuk endapan pada penambahan pereaksi Mayer dan Wagner maka
identifikasi menunjukkan adanya alkaloid. Uji penegasan dilakukan dengan
menambahkan amonia 25% pada filtrat D hingga PH 8 - 9. Kemudian ditambahkan
kloroform, dan diuapkan diatas waterbath. Selanjutnya ditambahkan HCl 2M,
diaduk dan disaring. Filtratnya dibagi menjadi 3 bagian. Filtrat A sebagai
blangko, filtrat B diuji dengan pereaksi Mayer, sedangkan filtrate C diuji
dengan pereaksi Dragendorff. Terbentuknya endapan menunjukkan adanya alkaloid.
Salah
satu jurnal yang melakukan skrining fitokimia terhadap ekstrak metanol kulit
buah durian dimana skrining dilakukan dengan uji warna menggunakan berbagai
pereaksi, sedangkan identifikasi komponen utama dilakukan dengan analisis menggunakan
kromatografi gas-spektrometer massa (GC-MS).
Skrining
fitokimia pada identifikasi alkaloid dilakukan dengan metode Mayer,Wagner dan
Dragendorff yang memberikan hasil bahwa terdapat endapan pada uji Mayer,Wagner
dan Dragendorff yang berarti dalam ekstrak metanol kulit durian terdapat
alkaloid.
Hasil
positif alkaloid pada uji Mayer ditandai dengan terbentuknya endapan putih. Diperkirakan
endapan tersebut adalah kompleks kalium-alkaloid. Dengan uji ini diperkirakan
nitrogen pada alkaloid akan bereaksi dengan ion logam K+dari kalium
tetraiodomerkurat(II) membentuk kompleks kalium-alkaloid yang mengendap. Sedangkan
hasil positif alkaloid pada uji Wagner ditandai dengan terbentuknya endapan
coklat muda sampai kuning. Diperkirakan endapan tersebut adalah
kalium-alkaloid. Pada uji ini Iodin bereaksi dengan ion I- dari
kalium iodide menghasilkan ion I3- yang berwarna cokelat. Pada uji
ini juga ion logam K+ akan membentuk ikatan kovalen koordinat dengan
nitrogen pada alkaloid membentuk kompleks kalium-alkaloid ynag mengendap. Sedangkan
hasil positif pada uji Dragendorff ditandai dengan terbentuknya endapan coklat
muda sampai kuning. Diperkirakan endapan tersebut adalah kalium-alkaloid.
4. Isolasi
dan pemurnian serta penentuan struktur
Alkaloid dapat diisolasi melalui metode ekstraksi antara lain:
1.
Soxhletasi:Soxhlet merupakan ekstraksi
dengan pelarut yang selalu baru, umumnya dilakukan menggunakan alat khusus
sehingga terjadi ekstraksi konstan dengan adanya pendingin balik (kondensor).
Disini sampel disimpan dalam alat soxhlet dan tidak dicampur langsung dengan
pelarut dalam wadah yang di panaskan, yang dipanaskan hanyalah pelarutnya,
pelarut terdinginkan dalam kondensor dan pelarut dingin inilah yang selanjutnya
mengekstraksi sampel.
2.
Refluks :Refluks adalah ekstraksi dengan
pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah
pelarut yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Ekstraksi refluks
digunakan untuk mengektraksi bahan-bahan yang tahan terhadap pemanasan.
Adapun
contohnya yang didapat dari jurnal dimana peneliti melakuakn penelitian tentang
isolasi, identifikasi serta uji aktifitas senyawa alkaoid daun binahong
(Anredera cordifolia (Tenore) Steenis). Serbuk daun binahong dimaserasi
menggunakan pelarut n-heksana, kemudian etanol, diperoleh ekstrak n-heksana dan
ekstrak etanol. Dari ekstrak etanol dilakukan isolasi alkaloid total. Pemisahan
alkaloid dilakukan dengan KLT preparatif dan analisis dengan spektrofotometer
UV-Vis, FTIR dan LC-MS.
Ekstrak
etanol yang telah didapatkan, ditambahkan larutan HCl 2M hingga pH larutan
menjadi 3. Larutan yang telah bersifat asam kemudian diekstraksi menggunakan
etil asetat. Hasil ekstraksi akan terbentuk 2 lapisan, yaitu lapisan asam dan
lapisan etil asetat. Selanjutnya kedua lapisan dipisahkan, kemudian lapisan
asam ditambahkan NH4OH hingga pH larutan mencapai 9 kemudian diekstraksi
kembali menggunakan etil asetat. Hasil ekstraksi akan terbentuk 2 lapisan yaitu
lapisan basa dan lapisan etil asetat, kemudian dipisahkan. Lapisan etil asetat
dipekatkan menggunakan rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak alkaloid
total.
Terhadap
alkaloid total yang diperoleh dilakukan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dengan
campuran pelarut etanol, etil asetat dan n-heksana yang bersifat p.a dengan
perbandingan 1:2:30 menggunakan plat silika gel 60GF254 sehingga diperoleh
noda– noda isolat. Selanjutnya dilakukan pemisahan menggunakan KLT preparatif.
Hasil
isolat alkaloid kemudian di analisis strukturnya menggunakan Spektroskopi
UVVisible, FTIR dan LC–MS. Uji aktifitas senyawa tersebut dilakukan dengan
menggunajan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT).
Berdasarkan
penelitian yang dilakukan terhadap daun binahong (Anredera cordifolia (Tenore)
Steenis) dapat disimpulkan bahwa:
1.
Senyawa yang telah diisolasi dari daun binahong (Anredera cordifolia (Tenore)
Steenis) merupakan golongan senyawa alkaloid.
2.
Hasil analisis menggunakan spektrofotometer UV-Vis, FTIR dan LCMS diduga
merupakan senyawa alkaloid betanidin (C18H16N2O8).
3.
Hasil uji sitotoksik terhadap ekstrak etanol dan alkaloid total daun binahong
(Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) masing-masing menunjukkan sifat sangat
sitotoksik dan sitotoksik dengan harga LC50 yaitu 4,593 ppm dan 85,583 ppm.
5. Bioaktivitas
Biosintesis alkaloid tidak berasal dari satu jalur tertentu seperti halnya
kelompok metabolit sekunder lain. Namun demikian biosintesis alkaloid selalu
melibatkan asam amino sebagai prekursor terutama asam amino yang mempunyai
struktur siklik seperti fenilalanin, tirosin, triptofan dan histidin.
Setiap dari masing masing golongan alkaloid memiliki bioaktifitas
sendiri-sendiri. Beberapa diantaranya sebagi berikut:
a.
Bioaktifitas Golongan Piridin
Secara luas piridin
digunakan sebagai pelarut. Piridin bersifat polar tetapi aprotik. Piridine
larut dalam sebagian besar larutan termasuk heksan dan air. Piridin yang
terdestilasi yang disebut dengan piridin-d5 adalah pelarut yang sesuai untuk 1H NMR spektroskopi.
b.
Piperin
Piperin ditemukan pada
CYP3A4 dan P-glycoprotein, enzyme yang penting pada metabolisme dan transport
dari xenobiotik dan metabolit. Pada penelitian pada hewan piperin juga
inhibitor enzym yang lain pada proses metabolisme tubuh. Dengan menjadi
inhibitor maka piperin meningkatkan bioavailabilitas dari beberapa komponen
misalnya pada kurkumin.
c. Trigonelin
Trigonelin
biasanya terdapat pada kopi yang dapat mencegah mutasi bakteri Streptococcos
melekat pada gigi.
PERMASALAHAN
1. Mengapa
alkaloid tidak ditemukan di semua jenis tanaman?
2. Mengapa
kebanyakan alkaloid mempunyai rasa yang sangat pahit pada tumbuhan?
3. Bagaimana
biosintesis alkaloid walaupun tidak ada pola khusus dalam biosintesisnya?
Menjawab permasalahan kedua, rasa pahit yang timbul karena senyawa alkaloid bersifat basa. Kebanyakan alkaloid bersifat basa. Sifat tersebut tergantung pada adanya pasangan elektron pada nitrogen. Jika gugus fungsional yang berdekatan dengan nitrogen bersifat melepaskan elektron, sebagai contoh; gugus alkil, maka ketersediaan elektron pada nitrogen naikdan senyawa lebih bersifat basa. Hingga trietilamin lebih basa daripada dietilamin dan senyawa dietilamin lebih basa daripada etilamin. Sebaliknya, bila gugus fungsional yang berdekatan bersifat menarik elektron (contoh; gugus karbonil), maka ketersediaan pasangan elektron berkurang dan pengaruh yang ditimbulkan alkaloid dapat bersifat netral atau bahkan sedikit asam. Contoh ; senyawa yang mengandung gugus amida. Kebasaan alkaloid menyebabkan senyawa tersebut sangat mudah mengalami dekomposisi, terutama oleh panas dan sinar dengan adanya oksigen. Hasil dari reaksi ini sering berupa N-oksida. Dekomposisi alkaloid selama atau setelah isolasi dapat menimbulkan berbagai persoalan jika penyimpanan berlangsung dalam waktu yang lama. Pembentukan garam dengan senyawa organik (tartarat, sitrat) atau anorganik (asam hidroklorida atau sulfat) sering mencegah dekomposisi. Itulah sebabnya dalam perdagangan alkaloid lazim berada dalam bentuk garamnya.
BalasHapusSaya akan menanggapi permasalahan ketiga, yaitu Klasifikasi alkaloid, diantaranya yaitu berdasarkan lokasi atom nitrogen di dalam struktur alkaloid dan berdasarkan asal mula kejadiannya (biosintesis) dan hubungannya dengan asam amino. Berdasarkan asal mulanya (biogenesis) dan hubungannya dengan asam amino, alkaloid dibagi menjadi tiga kelas, yaitu:
BalasHapus1. True alkaloid
Alkaloid jenis ini memiliki ciri-ciri; toksik, perbedaan keaktifan fisiologis yang besar, basa, biasanya mengandung atom nitrogen di dalam cincin heterosiklis, turunan asam amino, distribusinya terbatas dan biasanya terbentuk di dalam tumbuhan sebagai garam dari asam organik. Tetapi ada beberapa alkaloid ini yang tidak bersifat basa, tidak mempunyai cincin heterosiklis dan termasuk alkaloid kuartener yang lebih condong bersifat asam. Contoh dari alkaloid ini adalah koridin dan serotonin.
2. Proto alkaloid
Alkaloid jenis ini memiliki ciri-ciri; mempunyai struktur amina yang sederhana, di mana atom nitrogen dari asam aminonya tidak berada di dalam cincin heterosiklis, biosintesis berasal dari asam amino dan basa, istilahbiologycal amine sering digunakan untuk alkaloid ini. Contoh dari alkaloid ini adalah meskalina dan efedrina.
3. Pseudo alkaloid
Alkaloid jenis ini memiliki ciri-ciri; tidak diturunkan dari asam amino dan umumnya bersifat basa.
Saya akan menjawab permasalahan no 1 dimana seorang apoteker dari Halle (Jerman) untuk menyebut berbagai senyawa yang diperoleh dari ekstraksi tumbuhan yang bersifat basa (pada waktu itu sudah dikenal, misalnya, morfina,striknina, serta solanina). Hingga sekarang dikenal sekitar 10.000 senyawa yang tergolong alkaloid dengan struktur sangat beragam, sehingga hingga sekarang tidak ada batasan yang jelas untuknya.
BalasHapussaya akan menjawab permaslahan no 3
BalasHapusBiosintesis alkaloid mula-mula didasarkan pada hasil analisa terhadap ciri struktur tertentu yeng sama-sama terdapat dalam berbagai molekul alkaloid. Alkaloid aromatik mempunyai satu unit struktur yaitu ß-ariletilamina. Alkaloid-alkaloid tertentu dari jenis 1- benzilisokuinolin seperti laudonosin mengandung dua unit ß-ariletilamina yang saling berkondensasi. Kondensasi antara dua unit ß-ariletilamina tidak lain adalah reaksi kondensasi Mannich. Dengan reaksi sebagai berikut: (CH3)2NH + HCHO + CH3COCH3(CH3)2NCH2CH2COCH3 + H2O. Menurut reaksi ini, suatu aldehid berkondensasi dengan suatu amina menghasilkan suatu ikatan karbon-nitrogan dalam bentuk imina atau garam iminium, diikuti oleh serangan suatu atom karbon nukleofilik ini dapat berupa suatu enol atau fenol.
Dari percobaan menunjukkan bahwa ß-ariletilamina berasal dari asam-asam amino fenil alanin dan tirosin yang dapat mengalami dekarboksilasi menghasilkan amina. Asam-asam aminom ini, dapat menyingkirkan gugus-gugus amini (deaminasi oksidatif) diikuti oleh dekarboksilasi menghasilkan aldehid. Kedua hasil transformasi ini yaitu amina dan aldehid melakukan kondensasi Mannich. Disamping reaksi-reaksi dasar ini, biosintesa alkaloida melibatkan reaksi-reaksi sekunder yang menyebabkab terbentuknya berbagai jenis struktur alkaloida. Salah satu dari reaksi sekunder ini yang terpenting adalah reaksi rangkap oksidatif fenol pada posisi orto atau para dari gugus fenol. Reaksi ini berlangsung dengan mekanisme radikal bebas.
Baiklah saya akan menambahkan jawaban dari agung untuk permasalahan no 2
BalasHapusAlkaloid dihasilkan oleh banyak organisme, mulai dari bakteria, fungi (jamur)
tumbuhan, dan hewan. Ekstraksi secara kasar biasanya dengan mudah dapat dilakukan
melalui teknik ekstraksi asam-basa. Rasa pahit atau getir yang dirasakan lidah dapat
disebabkan oleh alkaloid. Istilah "alkaloid" (berarti "mirip alkali", karena dianggap bersifat
basa) pertama kali dipakai oleh Carl Friedrich Wilhelm Meissner (1819), seorang apoteker
dari Halle (Jerman) untuk menyebut berbagai senyawa yang diperoleh dari ekstraksi
tumbuhan yang bersifat basa (pada waktuusudah dikenal, misalnya, morfina, striknina.
serta solanina).
saya ingin menjawab pertanyaan nomor 2, alkaloid bersifat pahid karena mengandung nitrogen yang bersifat basa, 1. Mengandung atom nitrogen yang umumnya berasal dari asam amino.
BalasHapus2. Umumnya berupa Kristal atau serbuk amorf.
3. Alkaloid yang berbentuk cair yaitu konini, nikotin dan spartein.
4. Dalam tumbuhan berada dalam bentuk bebas, dalam bentuk N-oksida atau dalam bentuk
garamnya.
5. Umumnya mempunyai rasa yang pahit.
6. Alkaloid dalam bentuk bebas tidak larut dalam air, tetapi larut dalam kloroform, eter dan
pelarut organik lainnya yang bersifat relative non polar.
7. Alkaloid dalam bentuk garamnya mudah larut dalam air.
8. Alkaloid bebas bersifat basa karena adanya pasangan elektron bebas pada atom N-nya.
9. Alkaloid dapat membentuk endapan dengan bentuk iodide dari Hg, Au dan logam berat
lainnya (dasar untuk identifikasi alkaloid).