Spekulasi
awal mengenai biosintesis flavonoid dijelaskan oleh Robinson (1936) mengatakan
bahwa kerangka C6 – C3 – C6. dari
flavonoid berkaitan dengan kerangka C6 – C3 dari fenilpropana yang mempunyai
gugus fungsi oksigen pada para, para dan meta atau dua meta dan satu para pada
cincin aromatik. Akan tetapi, senyawa-senyawa fenilpropana, seperti asam amino
fenil- alanin dan tirosin, bukannya dianggap sebagai senyawa yang menurunkan
flavonoid melainkan hanya sebagai senyawa yang bertalian belaka.
Pola
biosintesis flavonoid pertama kali diusulkan oleh Birch, yang menjelaskan bahwa
tahap pertama biosintesis flavonoid suatu unit C6 – C3 berkombinasi dengan 3
unit C2 menghasilkan unit C6 – C3 – (C2+C2+C2). kerangka c15 yang dihasilkan dari kombinasi
unit mengandung gugus-gugus fungsi oksigen pada posisi-posisi yang diperlukan.
Adapun
cincin A dari struktur flavonoid berasal dari jalur poliketida, yakni
kondensasi dari tiga unit asetat atau malonat, sedangkan cincin B dan tiga atom
karbon dari rantai propan berasal dari jalur fenilpropanoid (jalur sikimat)
Berdasarkan
atas usul tersebut maka biosintesis dari flavonoid melalui 2 jalur bisosintesis
yaitu poliketida (asam asetat atau mevalonat) dalam membentuk cincin A
berkondensasi 3 molekul unit asetat, sedang cincin B dan tiga atom karbon dari
rantai propana berasal dari jalur fenilpropana (shikimat).
Flavonoid
adalah senyawa polifenol yang memiliki 15 atom karbon, dua cincin benzena bergabung
dengan rantai karbon tiga linier.
Kerangka di atas, dapat
direpresentasikan sebagai
C6 - C3 - 6C sistem.
Flavonoid
merupakan salah satu kelas yang paling karakteristik dari senyawa dalam tanaman
yang lebih tinggi. Flavonoid Banyak mudah diakui sebagai pigmen bunga di
keluarga Angiosperm sebagian besar (tanaman berbunga). Namun, kejadian mereka
tidak terbatas pada bunga, tetapi mencakup semua bagian tanaman.
Sebagian
besar senyawa flavonoid alam ditemukan dalam bentuk glikosidanya, dimana unit
flavonoid terikat pada suatu gula. Glikosida adalah kombinasi antara gula dan
suatu alcohol yang saling berikatan melalui ikatan glikosida. Pada prinsipnya,
ikatan glikosida terbentuk apabila gugus hidroksil dari alcohol beradisi kepada
gugus karbonil dari gula, sama seperti adisi alcohol kepada aldehid yang
dikatalis oleh asam menghasilkan suatu asetal.
Pada
hidrolisis oleh asam, suatu glikosida terurai kembali atas komponen-komponennya
menghasilkan gula dan alcohol yang sebanding dan alcohol yang dihasilkan ini
disebut aglokin. Residu gula dari glikosida flavonoid alam adalah glukosa
tersebut masinbg-masing disebut glukosida, ramnosida, galaktosida dan
gentiobiosida.
Flavonoida
dapat ditemukan sebagai mono-, di- atau triglikosida dimana satu, dua atau tiga
gugus hidroksil dalam molekul flavonoid terikat oleh gula. Poliglikosida larut
dalam air dan sedikit larut dalam pelarut organic seperti eter, benzene,
kloroform dan aseton.
Isolasi
flavonoid dapat dilakukan dari tumbuhan segar maupun yang telah kering. Pada
tumbuhan yang terserang jamur, ada kecenderungan glikosida diubah menjadi aglikon,
aglikon yang peka akan teroksidasi. Flavonoid merupakan metabolit sekunder yang
bersifat polar yang ditandai dengan adanya gugus hidroksil atau suatu gula dan
terdapatnya pasangan elektron bebas pada atom oksigen. Oleh karena, itu
flavonoid dapat diekstrak dari tumbuhan dengan menggunakan pelarut polar
seperti metanol. Pengaruh glikosilasi menyebabkan flavonoid lebih mudah larut
dalam air. Sebaliknya aglikon flavonoid seperti isoflavon dan flavon cenderung
lebih mudah larut dalam pelarut non-polar seperti kloroform dan eter. Pemurnian
flavonoid dari senyawa-senyawa lain dari ekstrak kasar dapat dilakukan dengan
metode kromatogarafi (Markham, 1988).
Isolasi
flavonoid umumnya dilakukan dengan metode ekstraksi, yakni dengan cara maserasi
atau sokletasi menggunakan pelarut yang dapat melarutkan flavonoid. Flavonoid
pada umumnya larut dalam pelarut polar, kecuali flavonoid bebas seperti
isoflavon, flavon, flavanon,dan flavonol termetoksilasi lebih mudah larut dalam
pelarut semipolar. Oleh karena itu pada proses ekstraksinya, untuk
tujuanskrining maupun isolasi, umumnya menggunakan pelarut methanol atauetanol.
Hal ini disebabkan karena pelarut ini bersifat melarutkan senyawa–senyawa mulai
dari yang kurang polar sampai dengan polar. Ekstrak methanol atau etanol yang
kental, selanjutnya dipisahkankandungan senyawanya dengan tekhnik fraksinasi,
yang biasanyaberdasarkan kenaikan polaritas pelarut (Monache, 1996).
Senyawa
flavonoid diisolasi dengan tekhnik maserasi,mempergunakan pelarut methanol
teknis. Ekstraksi methanol kental kemudian dilarutkan dalam air. Ekstrak
methanol–air kemudian difraksinasi dengan n-heksan dan etil asetat.
Masing–masing fraksiyang diperoleh diuapkan, kemudian diuji flavonoid. Untuk
mendeteksiadanya flavonoid dalam tiap fraksi, dilakukan dengan
melarutkansejumlah kecil ekstrak kental setiap fraksi kedalam
etanol.Selanjutnya ditambahkan pereaksi flavonoid seperti : natriumhidroksida,
asam sulfat pekat, bubuk magnesium–asam klorida pekat,atau natrium amalgam–asam
klorida pekat. Uji positif flavonoidditandai dengan berbagai perubahan warna
yang khas setiap jenisflavonoid (Geissman, 1962).
Cara
lain yang dapat dipakai untuk pemisahan adalah ekstraksi cair-cair,
kromatografi kolom, kromatografi lapis tipis dan kromatografi kertas. Isolasi
dan pemurnian dapat dilakukan dengan kromatografi lapis tipis atau kromatografi
kertas preparatif dengan pengembangan yang dapat memisahkan komponen paling
baik (Harborne, 1987). Flavonoid (terutama glikosida) mudah mengalami degradasi
enzimatik ketika dikoleksi dalam bentuk segar. Oleh karena itu disarankan
koleksi yang dikeringkan atau dibekukan. Ekstraksi menggunakan solven yang
sesuai dengan tipe flavonoid yg dikehendaki. Polaritas menjadi pertimbangan
utama. Flavonoid kurang polar (seperti isoflavones, flavanones, flavones
termetilasi, dan flavonol) terekstraksi dengan chloroform, dichloromethane,
diethyl ether, atau ethyl acetate, sedangkan flavonoid glycosides dan aglikon
yang lebih polar terekstraksi dengan alcohols atau campuran alcohol air.
Glikosida meningkatkan kelarutan ke air dan alkohol-air. Flavonoid dapat
dideteksi dengan berbagai pereaksi, antara lain sitrobat, AlCl3dan NH3.
Sebelum
melakukan suatu isolasi senyawa, maka yang dilakukan adalah ekstraksi terlebih
dahulu. Ekstraksi artinya mengambil atau menarik suatu senyawa yang terdapat
dalam suatu bahan dengan pelarut yang sesuai. Proses yang terjadi dalam
ekstraksi adalah terlarutnya senyawa yang dapat larut dari sel melalui difusi,
tergantung dari letak senyawa dalam sel dan juga permeabilitas dinding sel dari
bahan yang akan di ekstraksi.
Flavonoid
merupakan metabolit sekunder dalam tumbuhan yang mempunyai variasi struktur
yang beraneka ragam, namun saling berkaitan karena alur biosintesis yang sama.
Jalur biosintesis flavonoid dimulai dari pertemuan alur asetat malonat dan alur
sikimat membentuk khalkon, dari bentuk khalkon ini diturunkan menjadi bentuk
lanjut menjadi berbagai bentuk lewat alur antar ubah posisi, dehidrogenasi,
denetilasi dan lain-lain. Kenudian daripada itu menghasilkan bentuk sekunder
dihidrokalkon, flavon, auron, isoflavon (penurunan selanjutnya membentuk
peterokarpon dan rotenoid) dan dehidroflavonol (penurunan selanjutnya antosianidin,
flavonol, epikatekin).
Dari
bentuk-bentuk sekunder tersebut akan terjadi nodifikasi lebih lanjut pada
berbagai tahap dan menghasilkan penambahan / pengurangan hidroksilasi,
metilenasi, ortodihidroksil, metilasi gugus hidroksil atau inti flavonoid,
dimerisasi, pembentukan bisulfat, dan yang terpenting glikolisasi gugus
hidroksil.
Adapun
Isolasi dari flavonoid
1. Isolasi Dengan
metanol
Terhadap
bahan yang telah dihaluskan, ekstraksi dilakukan dalam dua tahap. Pertama
dengan metanol:air (9:1) dilanjutkan dengan metanol:air (1:1) lalu dibiarkan
6-12 jam. Penyaringan dengan corong buchner, lalu kedua ekstrak disatukan dan
diuapkan hingga 1/3 volume mula-muIa, atau sampai semua metanol menguap dengan
ekstraksi menggunakan pelarut heksan atau kloroform (daIam corong pisah) dapat
dibebaskan dari senyawa yang kepolarannya rendah, seperti lemak, terpen,
klorofil, santifil dan lain-lain .
2. Isolasi Dengan
Charaux Paris
Serbuk
tanaman diekstraksi dengan metanol,lalu diuapkan sampai kental dan ekstrak
kental ditambah air panas dalam volume yang sama, Ekstrak air encer lalu
ditambah eter, lakukan ekstraksi kocok, pisahkan fase eter lalu uapkan sampai
kering yang kemungkinan didapat bentuk bebas. Fase air dari hasil pemisahan
ditambah lagi pelarut etil. asetat diuapkan sampai kering yang kemungkinan
didapat Flavonoid O Glikosida. Fase air ditambah lagi pelarut n - butanol,
setelah dilakukan ekstraksi, lakukan pemisahan dari kedua fase tersebut. Fase
n-butanol diuapkan maka akan didapatkan ekstrak n - butanol yang kering,
mengandung flavonoid dalam bentuk C-glikosida dan leukoantosianin. Dari ketiga
fase yang didapat itu langsung dilakukan pemisahan dari komponen yang ada dalam
setiap fasenya dengan mempergunakan kromatografi koLom. Metode ini sangat baik
dipakai dalam mengisolasi flavonoid dalam tanaman karena dapat dilakukan
pemisahan flavonoid berdasarkan sifat kepolarannya.
3. Isolasi dengan
beberapa pelarut.
Serbuk
kering diekstraksi dengan kloroform dan etanol, kemudian ekstrak yang diperoleh
dipekatkan dibawah tekanan rendah. Ekstrak etano lpekat dilarutkan dalam air
lalu diekstraksi gojog dengan dietil eter dan n-butanol, sehingga dengan
demikian didapat tiga fraksi yaitu fraksi kloroform, butanol dan dietil eter.
ldentifikasi
dengan Reaksi warna
1.
Uji Wilstater
Uji
ini untuk mengetahui senyawa yang mempunyai inti δ benzopiron. Warna-warna yang
dihasilkan dengan reaksi Wilstater adalah sebagai berikut:
-
Jingga Daerah untuk golongan flavon.
-
Merah krimson untuk golongan fLavonol.
-
Merah tua untuk golongan flavonon.
2.
Uji Bate Smith Matecalve
Reaksi
warna ini digunakan untuk menuniukkan adanya senyawa leukoantosianin, reaksi
positif jika terjadi warna merah yang intensif atau warna ungu.
Biosintesis Flavonoid
Senyawa
yang paling mudah ditemukan adalah flavonoid karena senyawa ini adalah kelompok
senyawa fenol terbesar yang ditemukan di alam. Senyawa-senyawa ini merupakan
zat warna merah, ungu, biru, dan sebagai zat berwarna kuning yang ditemukan
dalam tumbuh-tumbuhan. Perkembangan pengetahuan menunjukkan bahwa flavonoid
termasuk salah satu kelompok senyawa aromatik yang termasuk polifenol dan
mengandung antioksidan. Oleh karena jumlahnya yang melimpah di alam, manusia
lebih banyak memanfaatkan senyawa ini dibandingkan dengan senyawa lainnya
sebagai antioksidan.
Flavonoid
dikatakan antioksidan karena dapat menangkap radikal bebas dengan membebaskan
atom hidrogen dari gugus hidroksilnya. Aksi radikal memberikan efek timbulnya
berbagai penyakit yang berbahaya bagi tubuh. Tubuh manusia tidak mempunyai
sistem pertahanan antioksidatif yang lebih sehingga apabila terkena radikal
bebas yang tinggi dan berlebih, tubuh tidak dapat menanggulanginya. Saat itulah
tubuh manusia membutuhkan antioksidan dari luar (eksogen) yang dapat dilakukan
dengan asupan senyawa yang memiliki kandungan antioksidan yang tinggi melalui
suplemen, makanan, dan minuman yang dikonsumsi.
Globalisasi
membuat masyarakat menjadi semakin pandai dan kritis termasuk dalam memilih
produk makanan atau minuman yang akan dikonsumsi. Berkembangnya berbagai jenis
penyakit terutama yang diakibatkan oleh pola konsumsi makanan yang salah,
mendorong masyarakat kembali ke alam. Dengan kata lain, masyarakat kini mulai
beralih pada upaya alami dengan mengonsumsi makanan atau minuman yang
mengandung antioksidan alami yang tidak menimbulkan efek samping atau mungkin
ada efek samping tetapi dengan efek yang relatif ringan. Jadi, antioksidan
alami menjadi alternatif yang lebih diminati oleh masyarakat daripada
antioksidan sintetik.
Sebagai
bahan alami, buah-buahan, sayuran, dan teh merupakan serat alami yang memiliki
kandungan senyawa flavonoid dalam kadar yang tinggi. Seperti yang kita ketahui
bahwa buah, sayuran, dan teh banyak mengandung vitamin dan mineral yang memang
sangat berguna bagi kesehatan tubuh kita, misalnya kerena adanya kandungan
vitamin E dan vitamin C yang memang telah dikenal sebagai antioksidan sehingga
banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Sejauh yang masyarakat umum ketahui,
kandungan pada buah, sayuran, dan teh adalah kandungan vitamin dan mineralnya
saja. Padahal di dalamnya juga terdapat kandungan flavonoid yang juga merupakan
antioksidan. Bahkan flavonoid merupakan antioksidan yang jauh lebih baik dari
pada antioksidan lainnya, seperti pada vitamin E dan vitamin C. Hal ini
membuktikan bahwa flavonoid sebagai antioksidan memiliki potensi yang lebih
tinggi sebagai obat antikanker dari pada vitamin dan mineral.
Kandungan
flavonoid ini memberi harapan sebagai pencegah antikanker. Penyakit yang sangat
ditakuti saat ini adalah kanker. Kalau dahulu orang takut penyakit pes, kolera,
cacar, TBC, tipus, dan jenis-jenis penyakit lain yang sekarang sudah tidak
ditakuti lagi, sekarang orang selalu takut akan bahaya kanker yang
sewaktu-waktu dapat timbul. Saat ini, cara pengobatan kanker yang biasa
dilakukan oleh masyarakat pada umumnya adalah pembedahan, radioterapi, dan
kemoterapi. Tujuan dari cara pengobatan tersebut adalah membunuh sel-sel
kanker. Akan tetapi, perlu kita ketahui bahwa tidak sedikit dari cara-cara
tersebut yang justru menimbulkan efek samping. Efek samping yang ditimbulkan
tersebut akan menjadi beban baru bagi para penderita kanker. Oleh sebab itu,
masyarakat mulai beralih pada pengobatan yang tidak menimbulkan efek samping
atau mungkin ada efek samping tetapi dengan efek yang ringan.
Senyawa
bioaktif flavonoid yang merupakan ekstrak metanol ini dikatakan sebagai
antikanker karena dapat menghambat tumbuhnya sel-sel kanker itu sendiri.
Sebagai antioksidan, senyawa flavonoid dapat mencegah reaksi bergabungnya
molekul karsinogen dengan DNA sel sehingga mencegah kerusakan DNA sel. Di sini
lah komponen bioaktif flavonoid dapat mencegah terjadinya proses awal
pembentukan sel kanker. Bahkan flavonoid dapat merangsang proses perbaikan DNA
sel yang telah termutasi sehingga sel menjadi normal kembali. Selain itu, dapat
mencegah pembentukan pembuluh darah buatan sel kanker (proses angiogenesis)
sehingga sel-sel kanker tidak dapat tumbuh menjadi besar karena saluran untuk
pertumbuhannya terhambat.
Makanan
yang mengandung flavonoid, seperti stroberi hijau, kubis, apel,
kacang-kacangan, dan bawang juga mengurangi risiko terjangkitnya penyakit
kanker paru-paru. Hal ini menandakan bahwa untuk mencegah terjadinya kanker
sangat lah mudah asalkan kita sendiri ada kemauan dalam menjaga kesehatan.
Pepatah “lebih baik mencegah dari pada mengobati” pun menjadi amat tepat bila
bicara mengenai kanker. Hal ini mengingat sulitnya pengobatan dan minimnya
kesembuhan apabila seseorang sudah terjangkit kanker.
Namun,
manusia harus selektif dalam mengonsumsi makanan, minuman, sayuran, dan
buah-buahan yang dianggap alami dan tidak memiliki efek samping. Hal ini
tampaknya harus menjadi pertimbangan yang lebih jauh dari manusia mengingat
zaman sekarang yang semakin maju dan mengakibatkan manusia selalu menginginkan
yang instan, mudah, dan murah, misalnya penggunaan pestisida dalam perawatan
buah dan sayuran untuk menghindari gangguan hama yang dapat membuat hasil buah
atau sayuran menjadi rusak bahkan dapat menyebabkan gagal panen. Secara
otomatis, pestisida yang disemprotkan pada buah atau sayuran tersebut akan
menempel dan akan termakan oleh manusia yang mengonsumsinya. Padahal, jika kita
lihat dari kandungannya, pestisida merupakan bahan kimia yang bersifat
karsinogen yang dapat mengaktifkan sel-sel kanker pada tubuh manusia.
Permasalahan
1. Sebagai
bahan alami, buah-buahan, sayuran, dan teh merupakan serat alami yang memiliki
kandungan senyawa flavonoid dalam kadar yang tinggi. Buah-buahan dan sayuran
jenis apa yang kaya kandungan flavonoid? Dan bagaimana mengidentifikasi bahwa
buah-buahan maupun sayuran tersebut mengandung flavonoid?
2. Kandungan
senyawa flavonoid dapat berinteraksi dengan beberapa obat seperti halnya
suplemen. Bagaimana kandungan flavonoid dalam suatu suplemen? Apakah terdapat
efek samping yang negatif? Lalu efek samping seperti apa yang ditimbulkan?
Baiklah saya akan mencoba menanggapi permasalahan yang pertama, Bahan alam seperti flavonoid, mempunyai antioksidan yang banyak ditemukan di kacangkacangan, sayur, buah serta minuman teh hijau. Antioksidan mempunyai kemampuan untuk meredam radikal bebas, pemecah peroksida, penangkap oksigen singlet dan kerja sinergis. Kelompok flavonoid dalam bahan alam, tersebar banyak dalam tanaman baik pada buah, kulit batang, akar dan bunga yang bekerja sebagai antioksidan.
BalasHapusCara mengidentifikasi: Antioksidan dikelompokkan menjadi antioksidan enzim dan vitamin. Antioksidan enzim meliputi superoksida dismutase (SOD), katalase dan glutation peroksidase (GSH.Prx). Antioksidan vitamin lebih populer sebagai antioksidan dibandingkan enzim. Antioksidan vitamin mencakup alfa tokoferol (vitamin E), beta karoten dan asam askorbat (vitamin C). Golongan flavonoid yang memiliki aktivitas antioksidan meliputi flavon, flavonol, isoflavon, kateksin, flavonol dan kalkon. Sementara turunan asam sinamat meliputi asam kafeat, asam ferulat, asam klorogenat, dan lainlain. Di samping penggolongan antioksidan di atas,ada pula senyawa lain yang dapat menggantikan vitamin E, yaitu flavonoid. Polcomy et. al (2001), menyatakan bahwa aktivitas antioksidan dari senyawa alamiah yang berasal dari tanaman seperti flavonoid disebabkan adanya gugus hidroksil pada struktur molekulnya. Flavonoid merupakan senyawa polifenol yang terdapat pada teh, buah-buahan, sayuran, anggur, bir dan kecap. Aktivitas antioksidan flavonoid tergantung pada struktur molekulnya terutama gugus prenil (CH3)2C=CH-CH2-. Dalam penelitian menunjukkan bahwa gugus prenil flavonoid dikembangkan untuk pencegahan atau terapi terhadap penyakit-penyakit yang diasosiasikan dengan radikal bebas
baiklah disini saya akan mencoba menjawab pertanyaan kedua dimana senyawa flavonoid juga memiliki risiko, seperti:
BalasHapusKandungan senyawa flavonoid rupanya dapat berinteraksi dengan beberapa jenis obat yang diresepkan oleh dokter, hal ini bisa berbahaya bagi kesehatan Anda. Misalnya kandungan flavonoid naringenin yang dapat ditemukan di jeruk bali, terbukti dapat mengganggu kinerja obat. Tidak disarankan mengonsumsi obat-obatan yang dibarengi dengan sari jeruk bali tanpa saran dari dokter.
Jangan hanya mengonsumsi suplemen yang mengandung flavonoid saja, tanpa mengonsumsi sayuran dan buah-buahan yang mengandung nutrisi lainnya yang baik untuk tubuh Anda, seperti vitamin, mineral, dan juga serat.
Suplemen yang mengandung flavonoid mungkin memiliki dosis kandungan flavonoid yang lebih tinggi dibandingkan flavonoid yang terkandung di dalam sayuran dan buah-buahan. Ada baiknya Anda memperoleh flavonoid dengan memakan buah dan sayuran secara langsung.
Konsumsi suplemen flavonoid yang berlebihan rupanya tidak dianjurkan. Flavonoid dalam dosis tinggi yang masuk ke dalam tubuh Anda justru berbahaya, dan dampak buruknya lebih cenderung terjadi dibandingkan manfaatnya. Senyawa flavonoid juga dapat menembus plasenta sehingga zat ini berpotensi memberi dampak pada janin. Pastikan untuk mengikuti dosis dan aturan pakai dalam mengonsumsi suplemen flavonoid.
Apabila Anda tertarik untuk mengonsumsi suplemen yang mengandung flavonoid, pastikan produk tersebut layak dikonsumsi dan telah terdaftar di Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Jika Anda merasa ragu mengenai manfaat dan risiko mengenai suplemen flavonoid bagi kesehatan Anda, jangan ragu untuk selalu konsultasikan pada dokter untuk mendapatkan saran terbaik.
saya ingin mencoba menaggapi permasalahan pertama saudari
BalasHapus1. Makanan berwarna merah
Likopen, asam elagik, quercetin, hesperedin dan flavonoid yang disebut kaempferol adalah fitokimia yang terkandung pada buah, dan sayuran berwarna merah. contoh:tomat,wortel,cabai
2. Makanan berwarna oranye/ kuning
Ada antioksidan yang berlimpah dalam makanan berwarna kuning dan oranye, termasuk karotenoid (beta-karoten, lutein, zeaxantin), yang memberikan warna cemerlang mereka. Contoh:ubi jalar,labu dan jagung
3. Makanan berwarna hijau
Seperti makanan berwarna oranye/ kuning, buah-buahan dan sayuran berwarna hijau sangat kaya fitokimia yang bersifat antioksidan, terutama kelompok flavonoid dan karotenoid (lutein, beta-karoten dan zeaxantin). Contoh:bayam brokoli dan kankung
4. Makanan berwarna ungu/biru
Warna ungu/biru dalam buah-buahan dan sayuran terutama disebabkan oleh flavonoid, seperti antosianin, yang merupakan antioksidan kuat dan memiliki efek anti-bakteri ringan.. Contoh jantung pisang, bluberry dan anggur ungu
5. Makanan berwarna coklat/putih
Meskipun tidak secerah warna makanan lain, buah dan sayuran berwarna coklat/ putih tidak boleh diremehkan. Fitokimia pada kelompok makanan ini adalah beta-glukan, EGCG, SDG, dan lignan. Contoh:Kubis, salak dan jahe
Untuk mengetahui ada atau tidaknya flavonoid jika secara langsung dengan cara melihat warna pada tumbuhan tersebut,atau dengan uji bate-smith dan metclaft, uji wilstater
Menjawab permasalhan pertama, contohnya adalah
BalasHapusSenyawa Flavonoid
Lettuce (Lactuca sativa L), Quercetin 9 mg/kg berat segar
Leek (Allium porrum L), Kaempferol 31 mg/kg berat segar, Quercetin 2 mg/kg berat segar
Onion (Allium cepa L), Kaempferol 544 mg/kg berat segar
Quercetin <2,5 mg/kg berat segar
Cranberry (Vaccinium macrocarpon
Ait), Kaempferol 172 mg/kg berat segar, Myricetin 77 mg/kg berat segar, Kaempferol 18 mg/kg berat segar
Endive (Chicorium endivia L) Apigenin 108 mg/kg berat segar
Seledri (Apium graveolens L) Luteolin 22 mg/kg berat segar
Identifikasi nya:
Sebagian besar senyawa flavonoid alam ditemukan dalam bentuk glikosidanya, dimana unit flavonoid terikat pada suatu gula. Glikosida adalah kombinasi antara gula dan suatu alcohol yang saling berikatan melalui ikatan glikosida. Pada prinsipnya, ikatan glikosida terbentuk apabila gugus hidroksil dari alcohol beradisi kepada gugus karbonil dari gula, sama seperti adisi alcohol kepada aldehid yang dikatalis oleh asam menghasilkan suatu asetal.
Pada hidrolisis oleh asam, suatu glikosida terurai kembali atas komponen-komponennya menghasilkan gula dan alcohol yang sebanding dan alcohol yang dihasilkan ini disebut aglokin. Residu gula dari glikosida flavonoid alam adalah glukosa tersebut masinbg-masing disebut glukosida, ramnosida, galaktosida dan gentiobiosida.
Flavonoida dapat ditemukan sebagai mono-, di- atau triglikosida dimana satu, dua atau tiga gugus hidroksil dalam molekul flavonoid terikat oleh gula. Poliglikosida larut dalam air dan sedikit larut dalam pelarut organic seperti eter, benzene, kloroform dan aseton.
Flavonoid merupakan metabolit sekunder dalam tumbuhan yang mempunyai variasi struktur yang beraneka ragam, namun saling berkaitan karena alur biosintesis yang sama. Jalur biosintesis flavonoid dimulai dari pertemuan alur asetat malonat dan alur sikimat membentuk khalkon, dari bentuk khalkon ini diturunkan menjadi bentuk lanjut menjadi berbagai bentuk lewat alur antar ubah posisi, dehidrogenasi, denetilasi dan lain-lain. Kenudian daripada itu menghasilkan bentuk sekunder dihidrokalkon, flavon, auron, isoflavon (penurunan selanjutnya membentuk peterokarpon dan rotenoid) dan dehidroflavonol (penurunan selanjutnya antosianidin, flavonol, epikatekin ) .
Dari bentuk-bentuk sekunder tersebut akan terjadi modifikasi lebih lanjut pada berbagai tahap dan menghasilkan penambahan / pengurangan hidroksilasi, metilenasi, ortodihidroksil, metilasi gugus hidroksil atau inti flavonoid, dimerisasi, pembentukan bisulfat, dan yang terpenting glikolisasi gugus hidroksil
saya akan menjawab permasaalahan no 2
BalasHapusSelain memberikan manfaat, rupanya senyawa flavonoid juga memiliki risiko, seperti:
Kandungan senyawa flavonoid rupanya dapat berinteraksi dengan beberapa jenis obat yang diresepkan oleh dokter, hal ini bisa berbahaya bagi kesehatan Anda. Misalnya kandungan flavonoid naringenin yang dapat ditemukan di jeruk bali, terbukti dapat mengganggu kinerja obat. Tidak disarankan mengonsumsi obat-obatan yang dibarengi dengan sari jeruk bali tanpa saran dari dokter.
Jangan hanya mengonsumsi suplemen yang mengandung flavonoid saja, tanpa mengonsumsi sayuran dan buah-buahan yang mengandung nutrisi lainnya yang baik untuk tubuh Anda, seperti vitamin, mineral, dan juga serat.
Suplemen yang mengandung flavonoid mungkin memiliki dosis kandungan flavonoid yang lebih tinggi dibandingkan flavonoid yang terkandung di dalam sayuran dan buah-buahan. Ada baiknya Anda memperoleh flavonoid dengan memakan buah dan sayuran secara langsung.
Konsumsi suplemen flavonoid yang berlebihan rupanya tidak dianjurkan. Flavonoid dalam dosis tinggi yang masuk ke dalam tubuh Anda justru berbahaya, dan dampak buruknya lebih cenderung terjadi dibandingkan manfaatnya. Senyawa flavonoid juga dapat menembus plasenta sehingga zat ini berpotensi memberi dampak pada janin. Pastikan untuk mengikuti dosis dan aturan pakai dalam mengonsumsi suplemen flavonoid.
Apabila Anda tertarik untuk mengonsumsi suplemen yang mengandung flavonoid, pastikan produk tersebut layak dikonsumsi dan telah terdaftar di Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Jika Anda merasa ragu mengenai manfaat dan risiko mengenai suplemen flavonoid bagi kesehatan Anda, jangan ragu untuk selalu konsultasikan pada dokter untuk mendapatkan saran terbaik.
saya ingin menjawan pertanyaan nomor 2, menurut literatur yang saya temukan suplemen flavonoid dapat mengurangi resiko kanker, hipertensi dan diabetes
BalasHapus